Perdozoni

Tentang ozone

Tentang Medical Ozone Therapy

Apa itu Ozone

Ozon adalah molekul gas alam yang terdiri dari tiga atom oksigen, sedangkan molekul oksigen yang jauh lebih stabil, hanya terdiri dari dua atom. Ini adalah oksidans paling kuat yang tersedia bagi manusia.

Ozon adalah bahan pemutih yang efektif dan disinfektan yang kuat, mampu membunuh bakteri dan jamur lebih cepat daripada klorin. Virus dan zat karsinogenik, yang umumnya tidak terpengaruh oleh bahan kimia konvensional lain yang digunakan dalam pengolahan air, juga teroksidasi oleh ozon. Efek deodorannya didasarkan pada penghancuran zat-zat yang menghasilkan bau berbahaya dan bukan sekadar menutupi bau itu sendiri

Ozon di atmosfer adalah salah satu gas terpenting di stratosfer bumi (10-50 kilometer di atas permukaan tanah). Konsentrasi maksimumnya hingga 1 bagian O3 per 100.000 bagian udara (kira-kira 10 ppm) ditemukan di ozonosfer pada ketinggian 20 hingga 30 kilometer.
Lapisan ozon ini berperan sebagai penyaring radiasi UV berenergi tinggi dari matahari, sehingga melindungi keseimbangan biologis bumi dari kerusakan akibat radiasi keras. Ketika lapisan ini rusak (“Ozone Gap”), efek filternya tidak dapat berfungsi.

Aplikasi medis pertama tampaknya adalah penggunaan ozon untuk mengobati gangren gas pasca trauma pada tentara Jerman selama perang dunia ke-1. Sebuah langkah maju yang besar adalah penemuan ozonizer yang dapat diandalkan untuk keperluan medis oleh fisikawan Joachim Hansler (1908-1981). Gagasan untuk menggunakan ozon dalam pengobatan berkembang perlahan selama satu abad terakhir dan hal ini dipicu oleh kurangnya antibiotik dan sifat disinfektan ozon.

Perang Dunia ke-2 membawa kemunduran bagi penelitian Jerman di bidang ozon medis, karena banyak klinik dan laboratorium hancur akibat serangan udara Sekutu. Baru pada tahun 1950-an klinik dibuka kembali dan penelitian dimulai lagi.

Dokter pertama yang mengobati kanker dengan ozon adalah Dr. W. Zable pada akhir tahun 1950-an, disusul oleh Drs. P.G.Seeger, A.Varro, dan H.Werkmeister. Selama dua puluh tahun berikutnya, ratusan dokter Jerman mulai menggunakan ozon dalam praktik mereka (baik secara mandiri maupun sebagai pelengkap terapi medis tradisional) untuk mengobati berbagai macam penyakit melalui sejumlah penerapan.

Horst Kief diyakini sebagai dokter pertama yang menggunakan terapi ozon yang berhasil mengobati pasien yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

Ozon medis dihasilkan dari oksigen medis murni melalui pelepasan-listrik-senyap dan dapat diaplikasikan dalam bentuk campuran ozon/oksigen dengan konsentrasi dan dosis yang tepat.

Kisaran konsentrasinya adalah antara 1 – 100 ug/ml sesuai dengan campuran oksigen/ozon pada rasio antara 0,05% O3 dan 99,95% O2 hingga antara 5% O3 dan 95% O2. Karena molekul O3 tidak stabil, ozon medis selalu dihasilkan di lokasi setiap kali sebelum penerapan (freshly Made).

  1. Ozon dapat menghasilkan efek yang berbeda-beda sesuai dengan konsentrasi yang dipilih dan cara pemberiannya. Dalam praktek medis yang paling penting adalah yang berikut ini:

    Bakterisida, fungisida dan virucidal. Ozon dapat menghancurkan hampir semua jenis bakteri, virus, jamur, protozoa dan beberapa jenis sel kanker pada tahap awal. Penggunaan konsentrasi ozon terapeutik memberikan efek bakterisida yang secara tidak langsung mengaktifkan sistem pertahanan non-spesifik (aktivasi fagositosis, peningkatan sintesis sitokin-interferon, faktor nekrotik tumor interleukin) serta komponen imunitas seluler dan humoral. Ada bukti yang dilaporkan mengenai oksidasi parsial reseptor virus yang membuatnya tidak mampu mengikat virus.

  2. Anti Inflamasi. Efek ini terlihat pada kemampuan ozon untuk mengoksidasi senyawa yang mengandung ikatan rangkap, asam arakidonat dan turunannya, khususnya prostaglandin. Zat-zat aktif biologis ini terlibat dalam pengembangan dan pemeliharaan proses inflamasi. Selain itu, ozon mengatur reaksi metabolisme pada jaringan di tempat peradangan dan mengatur pH.

  3. Efek analgesik. Efek ini diberikan melalui oksidasi produk albuminolisis, yang disebut algopeptida. Mereka bekerja pada ujung saraf di jaringan yang rusak dan menentukan intensitas respon nyeri.

  4. Efek detoksifikasi. Efek ini terungkap dalam reaksi koreksi dan aktivasi proses metabolisme di jaringan hati dan ginjal, sehingga memastikan fungsi utamanya yaitu netralisasi dan evakuasi senyawa beracun dari organ.

  5. Aktivasi proses yang bergantung pada oksigen. Dosis Ozon, berapapun rendahnya, menyebabkan peningkatan kandungan oksigen darah bebas dan terlarut dengan intensifikasi enzim yang cepat yang mengkatalisis oksidasi aerobik karbohidrat, lipid, dan protein dengan pembentukan energi ATP substrat. Yang sangat penting adalah aktivasi mitokondria H-ATP-ase yang bertanggung jawab untuk konjugasi proses pernapasan dan fosforilasi oksidatif yang menghasilkan sintesis ATP.

  6. Optimalisasi sistem pro dan antioksidan. Hal ini dianggap sebagai salah satu efek utama terapi ozon sistemik yang diwujudkan melalui pengaruhnya pada membran sel dan menyeimbangkan tingkat produk peroksidasi lipid dan sistem pertahanan antioksidan.

  7. Efek hemostatik ozon. Efek ini tergantung dosis. Pemberian konsentrasi tinggi untuk penggunaan eksternal menyebabkan efek hiperkoagulasi yang jelas, sedangkan pemberian parenteral dengan konsentrasi rendah ditandai dengan penurunan tingkat hemostasis trombosit dan koagulatif serta peningkatan aktivitas fibrinolitik.

  8. Efek modulasi imun ozon. Efek ini didasarkan pada interaksi dengan struktur lipid membran sel dan tergantung pada dosis yang dipilih.

Medical Ozone Therapy

Tentang ozone